Pendidikan Aksara Tanggung Jawab Siapa?
Ekses tersebut antara lain semakin maraknya penyimpangan berbagai norma kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk perlakuan siswa yang kurang hormat kepada guru dan staf sekolah, kurang disiplin dan tidak mengindahkan peraturan sekolah, kurang menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan, terjadinya perkelahiann antar pelajar, penggunaan obat terlarang, dan lain-lain.
Mengapa fenomena itu terjadi? Tentunya banyak faktor. Salah satunya disebabkan masih banyak guru yang selama ini cenderung indoktrinatif dan hanya transfer pengetahuan (transfer of knowlage) yang menekankan pada aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotor. Akibat dari kesalahan tersebut, peserta didik memiliki pengetahuan tetapi tidak (kurang) memahami dan melaksanakan aspek budi pekerti dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan peserta didik tidak memiliki sistem nilai yang diyakininya
Faktor lainnya yang menjadikan pendidikan di sekolah tidak berhasil dalam menanamkan aksara dalam artian pembinaan budi pekerti siswa karena masih ada anggapan guru yang salah. Masih ada sebagian guru beranggapan bahwa kewajiban dan tanggung jawab mengajarkan nilai dan adab kepada peserta didik hanyalah guru Agama dan PPKn (Pendidikan Pancasila). Anggapan guru tersebut menyesatkan dan harus diluruskan, pada dasarnya semua guru berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengajarkan nilai dan adab kepada peserta didik yang dilakukan secara terintegrasi.
Salah satu misi pendidikan yakni menamamkan aksara bangsa dengan melindungi, melestarikan dan berbagi budaya bangsa dan budi pekerti yang luhur dalam tata kehidupan sekolah. Telah disepakati, bahwa pendidikan aksara dan pendidikan budi pekerti dimasukkan dan diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran. Dan yang lebih diharapkan yakni pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti menjadi potongan yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari di sekolah.
Sebagaimana kita ketahui sejak diberlakunya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan KTSP, pendidikan aksara dan budi pekerti tidak termasuk mata pelajaran sendiri tetapi muatan dari pendidikan budi pekerti itu sendiri harus terintegrasi pada semua mata pelajaran. Begitu pula dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Terintegrasinya materi pendidikan aksara dan pendidikan budi pekerti dalam semua mata pelajaran supaya tanggung jawab adab tidak terletak hanya pada satu mata pelajaran saja, namun menjadi tanggung jawab semua mata pelajaran. Dalam Kurikulum 2019 Pendidikan Budi Pekerti masuk menjadi potongan Pendidikan Agama. Tetapi, harus diingat ini tidak berarti Pendidikan aksara dan budi pekerti hanya kewajiban guru agama.
Faktor lainnya yang menarik untuk didiskusikan dalam kaitannya dengan penerapan aksara bangsa yakni duduk masalah yang mengatur regulasi perlindungan terhadap guru dalam menerapkan pembinaan terhadap siswa. Pengalaman mengatakan bahwa dikala banyak guru yang di "kasuskan" karena menerapkan tata tertib sekolah, fenomena kenakalan remaja dan penurunan karkater bangsa justru semakin meningkat.
Pendidikan Karakter dan Pendidikan budi pekerti itu sendiri bertujuan mendorong kebiasaan dan sikap peserta didik yang terpuji, dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, peserta didik sebagai penerus bangsa, memupuk ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya sehingga tidak terjerumus ke dalam sikap yang menyimpang, baik secara individual maupun sosial. Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat tercela yang sanggup merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Faktor lainnya yang menarik untuk didiskusikan dalam kaitannya dengan penerapan aksara bangsa yakni duduk masalah yang mengatur regulasi perlindungan terhadap guru dalam menerapkan pembinaan terhadap siswa. Pengalaman mengatakan bahwa dikala banyak guru yang di "kasuskan" karena menerapkan tata tertib sekolah, fenomena kenakalan remaja dan penurunan karkater bangsa justru semakin meningkat.
Pendidikan Karakter dan Pendidikan budi pekerti itu sendiri bertujuan mendorong kebiasaan dan sikap peserta didik yang terpuji, dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, peserta didik sebagai penerus bangsa, memupuk ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya sehingga tidak terjerumus ke dalam sikap yang menyimpang, baik secara individual maupun sosial. Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat tercela yang sanggup merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan tersebut sanggup dicapai dikala Pendidikan Karakter dan pendidikan Budi Pekerti dimplementasikan kedalam proses pembelajaran pada semua mata pelajaran dan dipraktekankan dalam kehidupan di sekolah.
Nilai-nilai aksara dan budi pekerti yang sanggup dintegrasikan dan dipraktekan di sekolah antara lain keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan mentaati ajarannya, menaati aliran masing-masing agama, memiliki dan berbagi sikap toleransi, memiliki rasa menghargai diri sendiri, tumbuhnya disiplin diri, berbagi etos kerja/etos belajar, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki rasa keterbukaan, bisa mengendalikan diri, bisa berfikir positif, berbagi kualifikasi diri, menumbuhkan rasa cinta dan kasuh sayang, memiliki kebersamaan dan gotong royong, memiliki rasa kesetiakawanan, saling menghormati, memiliki tata krama dan sopan santun, memiliki rasa malu, menumbuhkan kejujuran.
Nilai-nilai tersebut sanggup ditanamkan kepada siswa selama pengalaman proses pembelajaran di kelas maupun proses pembelajara di luar kelas dalam membentuk sikap siswa. Disamping budi pekerti, pendidikan aksara juga harus memasukkan pengetahuan perihal hak azasi manusia, pariwisata, lingkungan hidup, pencegahan konsumeristik, kependudukan, kehutanan, home industri/ekonomi, pencegahan HIV/AIDS, penangkalan narkoba, perdamaian, demokrasi dan peningkatan konsensus pada nilai-nilai universal dalam pembelajaran mata pelajaran yang sesuai.
Nilai-nilai aksara dan budi pekerti yang sanggup dintegrasikan dan dipraktekan di sekolah antara lain keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan mentaati ajarannya, menaati aliran masing-masing agama, memiliki dan berbagi sikap toleransi, memiliki rasa menghargai diri sendiri, tumbuhnya disiplin diri, berbagi etos kerja/etos belajar, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki rasa keterbukaan, bisa mengendalikan diri, bisa berfikir positif, berbagi kualifikasi diri, menumbuhkan rasa cinta dan kasuh sayang, memiliki kebersamaan dan gotong royong, memiliki rasa kesetiakawanan, saling menghormati, memiliki tata krama dan sopan santun, memiliki rasa malu, menumbuhkan kejujuran.
Nilai-nilai tersebut sanggup ditanamkan kepada siswa selama pengalaman proses pembelajaran di kelas maupun proses pembelajara di luar kelas dalam membentuk sikap siswa. Disamping budi pekerti, pendidikan aksara juga harus memasukkan pengetahuan perihal hak azasi manusia, pariwisata, lingkungan hidup, pencegahan konsumeristik, kependudukan, kehutanan, home industri/ekonomi, pencegahan HIV/AIDS, penangkalan narkoba, perdamaian, demokrasi dan peningkatan konsensus pada nilai-nilai universal dalam pembelajaran mata pelajaran yang sesuai.
Dalam proses berguru mengajar guru dan stekholder sekolah harus menjadi figur contoh dalam setiap perilakunya yang sanggup mewarnai sikap semua siswa. Oleh karena itu terang bahwa korelasi anatara kreatifitas guru dan stekholder sekolah dalam bertindak, berperilaku, berkomunikasi setiap dikala mesti mendukung pembelajaran setiap mata pelajaran di kelas atuapun diluar kelas.
Guru memang merupakan titik sentral keberhasilan pendidikan aksara dan budi pekerti di sekolah. Namun keberhasilan pendidikan aksara dalam lingkup nasional sangat tidak mungkin tanpa pinjaman pihak lain mirip keteladanan pejabat, pinjaman media, keteladanan tokoh masyarakat dan pihak lainnya. Coba bayangkan betapa sulitnya guru PKn menjelaskan pentingnya aturan dikala para pejabat tak mentaati hukum.
Setidaknya ada dua persyaratan yang harus dilaksanakan supaya proses pembelajaran bisa mengintregrasikan pendidikan aksara dan pendidikan budi pekerti, yaitu (a) kejelian profesional para guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai kemungkinan kode pengait yang harus dikerjakan para siswa untuk menggiring terwujudnya kaitan-kaitan koseptual intra atau antarmata bidang studi dan (b) penguasaan material terhadap bidang-bidang studi yang perlu dikaitkan. Berkaitan dengan Pendidikan Karakter dan Pendidikan Budi Pekerti sebagai pembelajaran yang terpadu dengan semua mata pelajaran kode pengait yang dimaksudkan sanggup berupa pertanyaan yang harus dijawab atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh para siswa yang mengarah kepada perkembangan karakater dan budi pekerti dan pengembangan kualitas kemanusiaan.
Guru-guru SMP dan SMA harus bisa menerapkan pengembangan kepribadian siswa dan penguasaan kemampuan dan keterampilan yang dipersyaratkan untuk menguasai suatu dasar awal disiplin ilmu secara seimbang dan sinergik. Kita tidak berharap melahirkan generasi muda yang terampil tanpa budi pekerti, kita pun tak berharap melahirkan generasi yang berbudi pekerti yang tidak punya keterampilan. Yang kita harapkan yakni generasi unggul yang berketerampilan tinggi dan berbudipekerti yang baik.
Guru-guru SMP dan SMA harus bisa menerapkan pengembangan kepribadian siswa dan penguasaan kemampuan dan keterampilan yang dipersyaratkan untuk menguasai suatu dasar awal disiplin ilmu secara seimbang dan sinergik. Kita tidak berharap melahirkan generasi muda yang terampil tanpa budi pekerti, kita pun tak berharap melahirkan generasi yang berbudi pekerti yang tidak punya keterampilan. Yang kita harapkan yakni generasi unggul yang berketerampilan tinggi dan berbudipekerti yang baik.
Karakter atau budi pekerti berkembang melalui empat tahap yaitu tahap anatomi, heteronomi, sosionomi, dan anatomi (Bull, 1969; Rachman, 2000). Mengingat budi pekerti berkembang melalui tahapan-tahapan perkembangan anak dan efek lingkungan dimana anak memiliki hak berbagi dirinya maka pendidikan budi pekerti hendaknya diberikan secara dini, sekarang, dan selalu setiap waktu. Oleh karena itu, guru di sekolah, orang amis tanah di rumah, instruktur/pelatih di tempat kursus, tokoh masyarakat di masyarakat dalam berbagi budi pekerti anak harus bersifat spontan dan segera. Spontan dalam merespon, menegur, mengarahkan dikala anak berbuat tidak sesuai dengan nilai budi pekerti; segera memberi penguatan dikala anak berbuat sesuai dengan nilai budi pekerti.
Sekali lagi perlu ditegaskan dan disadari bersama bahwa pendidikan aksara dan pendidikan budi pekerti bukanlah hanya tanggung jawab guru mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn atau Pendididikan Pancasila saja tetapi harus terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah serta dalam berbagai program sekolah. Kegiatan-kegitan yang dilaksanakan di sekolah, terutama program kesiswaan perlu menerapkan totalitas pendidikan dengan mengandalkan keteladanan, penciptaan lingkungan dan penyesuaian hal-hal baik melalui berbagai peran dan kegiatan. Pada dasarnya, pembudayaan lingkungan di sekolah sanggup dilakukan melalui: 1) penugasan, 2) pembiasaan, 3) pelatihan, 4) pengajaran, 5) pengarahan, serta 6) keteladanan. Semuanya memiliki efek yang besar lengan berkuasa dalam pembentukan watak dan budi pekerti siswa. Setiap program sekolah wajiba mengandung unsur-unsur pendidikan budi pekerti. Hal itu antara lain sanggup dijumpai dalam program kepramukaan yang mengandung pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan kebersamaan, kecintaan pada lingkungan, dan kepemimpinan. Dalam program olahraga terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerja sama dan kegigihan untuk berusaha., dan lainnya
Pembentukan karakter/watak dan budi pekerti peserta didik tidak cukup hanya diberikan di sekolah melainkan harus ditunjang oleh pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah mirip dalam keluarga oleh orang tua, dalam kelompok berguru oleh para pelatih atau tutor; dalam kursus-kursus oleh para pelatih/pembina; dan dalam lingkungan masyarakat oleh teman sebaya, masyarakat, keteladanan tokoh masyarakat, keteladanan pejabat, keterladanan elit politik, dan sejenisnya. Mereka itu semua, secara proporsional harus sanggup mengatakan keyakinan agama, nilai budaya, nilai adab dan keterampilan. Keterpaduan, kesinambungan, dan keberlanjutan pendidikan budi pekerti yang dikembangkan di sekolah dengan pendidikan budi pekerti di luar sekolah diharapkan akan menghasilkan generasi bangsa yang memiliki karakter/watak dan budi pekerti luhur mirip yang diharapkan. (Pengawas Mapel PKn)
Sumber https://www.duniaedukasi.my.id/
Posting Komentar untuk "Pendidikan Aksara Tanggung Jawab Siapa?"